Pada ketentuan awal pembagian harta warisan hendaknya dimulai
dengan memeberikan bagian Dzawil Furud baru kemudian bagian Dzawit Ta’shib. Tetapi
ketentuan ini tidak berlaku pada masalah ini. Dimana Dzawil Furud mengambil bagiannya
dan Dzawit Ta’sib tidak mengambil bagian sisa tetapi berbagi bagian bersama
Dzawil Furud.
Contoh Soal ;
Ahli waris
|
Bag.
|
6
|
× 3 = 18
|
||
Suami
|
½
|
3
|
3
|
9
|
9
|
Ibu
|
⅙
|
1
|
1
|
3
|
3
|
Saudara seibu
|
⅓
|
2
|
2
|
6
|
2
|
Saudara seibu
|
2
|
||||
Saudara kandung
|
Sisa
|
-
|
2
|
||
|
|
6
|
18
|
a.
Syarat-syarat
dalam Masalah Musytarakah
1)
Dua
orang saudara seibu atau lebih (baik laki-laki ataupun perepuan)
2) Dzawit
ta’sib harus saudara kandung. Jika saudara sebapak gugur berdasarkan ijma ulama
(baik sendiri atau banyak).
3) Saudara
kandung haruslah laki-laki. Bila permpuan maka ia pasti mandapat bagian furud.
b.
Perbedaan
pendapat Ahli Fikih
1) Sayyid
Abu Bakar, Sayyid Ali, dan Ibnu Abbas berpendapat saudara kandung gugur. Ini
adalah pendapat Madzhab Hanafi dan Hambali
2) Zaidd
Ibn Tsabit, Sayyid Utsman, dan Ibnu Mas’ud berpendapat saudara kandung
mendapakan bagian bersama saudara seibu. Ini pendapat madzhab Maliki dan
Syafi’i.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus